Sabtu, 20 Oktober 2012

My Diary - Hujan

Karya : Ni Luh Putu Mira Suantari

Jumat, 6 Juli 2012


Hujan,,, sebenarnya apa makna dibalik hujan itu? Ketika sedih, seseorang akan berpikir bahwa hujan yang turun itu ikut merasakan kesedihannya. Dan ketika bahagia apakah seperti itu juga?

Terkadang saat memandang hujan itu membuat hati terasa teduh, nyaman dan sungguh sangat menyenangkan di dalam sini. Tapi seketika juga terkadang terasa miris, sesak dan begitu memilukan. Hhmm, entahlah, begitu banyak persepsi yang muncul kala menikmati sesuatu yang hanya terdiri dari lima huruf itu.

Huft,,, kuhempaskan tubuhku di atas tempat tidurku. Rasanya malas sekali, padahal saat ini jam di dinding kamarku baru saja menunjukkan pukul sembilan pagi. Tapi apa boleh buat, suasana di luar rumah juga tak mendukungku untuk melakukan suatu hal yang kusukai di luar rumah. Yaa,, hari ini hujan turun sedari subuh tadi, membuatku semakin malas dan betah walau hanya sekadar mengurung diri di ruang pribadiku ini. Toh tak ada hal lain juga yang bisa aku lakukan di saat seperti ini kecuali duduk manis menunggu sang buliran bening itu tak lagi menghiasi indahnya hari.

Perlahan kubuka jendela kamarku, entah kenapa hari ini aku begitu ingin menikmati dinginnya semilir angin saat hujan turun. Entahlah, biasanya aku lebih suka menaikkan suhu pemanas ruangan ini daripada harus merasakan dinginnya angin yang mungkin akan menusuk kulitku ini. Tapi sepertinya hari ini hal itu tak akan terjadi.

Dengan seksama aku mengamati butiran-butiran bening yang diciptakan Tuhan untuk menghiasi hari ini. Terasa begitu damai saat mataku ini tak hentinya menatap dengan seksama setiap butiran karya Tuhan itu. Mungkin ini pertama kalinya aku begitu tertarik untuk mengamatinya, mencoba mencari kenyamanan yang setiap orang bicarakan saat memandang kesejukan yang diciptakan butiran itu. Tapi sungguh, sepertinya ini akan menjadi rutinitas baruku setiap beliau menurunkan butiran-butiran kesejukannya itu.

Satu jam berlalu dan itu artinya sudah hampir delapan jam lamanya butiran itu tiada hentinya menghiasi hari. Aku masih setia disini, duduk manis di depan jendela ruang pribadiku untuk mengamati air Tuhan itu. Duduk seperti ini selama satu jam ini sama sekali tak membuatku merasa jenuh karena hanya mampu memandang setiap air langit yang dengan indahnya jatuh membasahi bumiku. Padahal hanya duduk lima sampai sepuluh menit saja biasanya aku sudah merasa bosan, bahkan hampir mati bosan. Entahlah, aku sendiri pun tak tahu. Mungkin hujan itu telah begitu merasuki ruang hatiku dan mengubah persepsiku selama ini. Mungkin juga Tuhan memberikan sesuatu yang dapat menarik hatiku pada karyanya ini, hingga membuatku begitu nyaman walau hanya memandangi buah karyanya itu.

Tik,, tik,, tik,,, berhenti. Hujannya kini berhenti. Secercah sinar keemasan pun mulai menampakkan dirinya, menggantikan dinginnya hari yang sedari tadi hanya bertemankan rintikan air bening. Perlahan tapi pasti butiran-butiran itu pun kini lenyap tak tersisa. Sinar cerah penggantinya pun semakin dengan anggunnya memamerkan senyum terbaiknya.

Aku tersadar dari lamunanku tentang karya Tuhan yang baru saja aku nikmati itu. Secarik senyumku pun kulayangkan melewati jendela yang masih kubiarkan terbuka itu, menatap penuh harap ke langit yang kini telah berganti menjadi biru cerah itu. “Baiklah, cukup untuk hari ini. Kutunggu hadirmu kembali, hujanku”, gumamku dalam hati sambil tak hentinya memamerkan senyum terbaikku hari ini.

Perlahan kini aku mulai bangkit dari dudukku, menapaki jalanku dan meninggalkan jendela tegak di ruang pribadiku, perantaraku denganmu, hujan…

Written by : MiiSsu ~ MiiSsu says :

Artikel My Diary - Hujan ini diposting oleh MiiSsu pada hari Sabtu, 20 Oktober 2012. Terima kasih atas kunjungan Anda :) Hope you enjoy my blog :) Please write your suggestions :D

:: Get this widget ! ::

Tidak ada komentar: