Ini adalah tugas makalah yang saya buat sewaktu saya kelas XI IPA untuk mencari nilai KIMIA ,,,
Semoga bisa membantu :)
Karya : Ni Luh Putu Mira Suantari
Koloid atau Kolloid yang berasal dari kata Kolla (lem) dan Oid (seperti), pertama kali ditemukan oleh Thomas Graham. Koloid adalah suatu bentuk campuran “metastabil” (seolah-olah stabil, tapi akan memisah setelah waktu tertentu) yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar). Koloid memiliki partikel-partikel zat yang berukuran sekitar 1-100 nm (10-7 – 10-5 cm) yang tersebar merata dalam zat lain.
Perbedaan Larutan, Koloid dan Suspensi
No.
|
Larutan
(Dispersi Molekuler)
|
Koloid
(Dispersi Koloid)
|
Suspensi
(Dispersi Kasar)
|
1
|
Memiliki 1 fase
|
Memiliki 2 fase
|
Memiliki 2 fase
|
2
|
Jernih
|
Keruh
|
Keruh
|
3
|
Homogen
|
Antara homogen dan heterogen
|
Heterogen
|
4
|
Memiliki diameter partikel < 1 nm
|
Memiliki diameter partikel 1 nm < d < 100 nm
|
Memiliki diameter partikel > 100 nm
|
5
|
Tidak dapat disaring
|
Tidak dapat disaring dengan penyaringan biasa, melainkan dengan penyaringan ultra
|
Dapat disaring dengan kertas saring biasa
|
6
|
Tidak memisah jika didiamkan
|
Tidak memisahkan jika didiamkan
|
Memisah jika didiamkan
|
PENGELOMPOKAN SISTEM KOLOID
Di dalam larutan koloid, secara umum terdapat 2 zat, yaitu :
- Zat Pendispersi : zat pelarut di dalam koloid (jumlahnya lebih banyak)
- Zat Terdispersi : zat yang terlarut di dalam koloid (jumlahnya lebih sedikit)
Berdasarkan fase zat terdispersi, koloid terbagi atas 3 bagian besar, yaitu :
- Sol : Sol adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase padat.
- Emulsi : Emulsi adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase cair.
- Buih : Buih adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase gas.
Berdasarkan fase mediumnya, sol, emulsi, dan buih terbagi atas beberapa jenis, yaitu :
1. Sol
Koloid sol dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Sol padat (padat-padat)
Sol padat adalah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase padat.
Contoh : logam paduan, kaca berwarna, intan hitam, dan baja.
b. Sol cair (padat-cair)
Sol cair atau disebut sol saja adalah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase cair. Artinya, zat terdispersi berfase padat dan zat pendispersi (medium) berfase cair.
Contoh : cat, tinta, dan kanji.
c. Sol gas (padat-gas)
Sol gas (aerosol padat) adalah koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase gas. Artinya, zat terdispersi berfase padat dan zat pendispersi (medium) berfase gas.
Contoh : asap dan debu.
2. Emulsi
Koloid emulsi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Emulsi padat (cair-padat)
Emulsi padat (gel) adalah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase padat. Artinya, zat terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium) berfase padat.
Contoh : mentega, keju, jeli, dan mutiara.
b. Emulsi cair (cair-cair)
Emulsi cair (emulsi) adalah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase cair. Artinya, zat terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium) berfase cair.
Contoh : susu, minyak ikan, dan santan kelapa.
c. Emulsi gas (cair-gas)
Emulsi gas (aerosol cair) adalah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase gas. Artinya, zat terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium) berfase gas.
Contoh : insektisida (semprot), kabut, dan hair spray.
3. Buih
Koloid buih dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
a. Buih padat (gas-padat)
Buih padat adalah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase padat. Artinya, zat terdispersi berfase gas dan zat pendispersi (medium) berfase padat.
Contoh : busa pada jok mobil dan batu apung.
b. Buih cair (gas-cair)
Buih cair (buih) adalah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase cair. Artinya, zat terdispersi berfase gas dan zat pendispersi (medium) berfase cair.
Contoh : buih sabun, buih soda, dan krim kocok.
TABEL PENGELOMPOKAN SISTEM KOLOID
No.
|
Fase
Terdispersi
|
Fase
Pendispersi
|
Nama
Koloid
|
Contoh
|
1
|
Padat
|
Padat
|
Sol Padat
|
Tanah, kaca, lumpur, paduan logam, gelas warna, intan hitam
|
2
|
Cair
|
Padat
|
Emulsi Padat
|
Mentega, agar-agar, keju, jelly
|
3
|
Gas
|
Padat
|
Busa Padat
|
Batu apung, kasur busa, marshmallow, karet busa, Styrofoam
|
4
|
Padat
|
Cair
|
Sol
|
Cat, tinta, pudding, tepung dalam air, tanah liat
|
5
|
Cair
|
Cair
|
Emulsi
|
Air santan, susu, mayones, lotion wajah, krim tangan
|
6
|
Gas
|
Cair
|
Busa
|
Buih, busa sabun, ombak, krim kocok, busa bir, putih telur yang dikocok
|
7
|
Padat
|
Gas
|
Aerosol Padat
|
Debu di udara, gas knalpot, asap, virus di udara, asap pembakaran
|
8
|
Cair
|
Gas
|
Aerosol Cair
|
Obat semprot, kabut, hairspray di udara, awan
|
KOLOID EMULSI
Emulsi merupakan jenis koloid dimana fase terdispersinya merupakan zat cair. Untuk membentuk emulsi digunakan zat pengemulsi atau emulgator yaitu suatu zat yang dapat tertarik oleh kedua zat cair.
Contoh :
§ Sabun untuk mengemulsikan minyak dan air
§ Kasein sebagai emulgator pada susu
Berdasarkan medium pendispersinya, emulsi dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
- Emulsi Gas
- Emulsi Cair
- Emulsi Padat
1. Emulsi Gas
Emulsi gas (aerosol cair) adalah emulsi dalam medium pendispersi gas. Aerosol cair memiliki sifat-sifat seperti sol liofob yaitu efek Tyndall, gerak Brown, dan kestabilan dengan muatan partikel.
Contoh:
Dalam hutan yang lebat, cahaya matahari akan disebarkan oleh partikel-partikel koloid dari sistem koloid kabut yang merupakan contoh efek Tyndall pada aerosol cair.
2. Emulsi Cair
Emulsi cair melibatkan dua zat cair yang tercampur, tetapi tidak dapat saling melarutkan, dapat juga disebut zat cair polar dan zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat cair ini adalah air (zat cair polar) dan zat lainnya adalah minyak (zat cair non-polar).
Emulsi cair itu sendiri dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu;
a. Emulsi minyak dalam air
Contoh :
§ Susu yang terdiri dari lemak yang terdispersi dalam air menjadi butiran minyak di dalam air.
§ Santan
§ Lateks
§ Minyak ikan
b. Emulsi air dalam minyak
Contoh ;
§ Margarine yang terdiri dari air yang terdispersi dalam minyak menjadi butiran air dalam minyak.
§ Mentega
§ Minyak rambut
§ Minyak bumi
Beberapa sifat emulsi yang penting :
~ Demulsifikasi
Kestabilan emulsi cair dapat rusak apabila terjadi pemanasan, proses sentrifugasi, pendinginan, penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengemulsi.
Contoh :
Penggunaan proses demulsifikasi dengan penambahan elektrolit untuk memisahkan karet dalam lateks yang dilakukan dengan penambahan asam format (CHOOH) atau asam asetat (CH3COOH).
~ Pengenceran
Dengan menambahkan sejumlah medium pendispersinya, emulsi dapat diencerkan. Sebaliknya, fase terdispersi yang dicampurkan akan dengan spontan membentuk lapisan terpisah. Sifat ini dapat dimanfaatkan untuk menentukan jenis emulsi.
3. Emulsi Padat
Emulsi Padat atau Gel adalah emulsi dalam medium pendispersi zat padat, dapat dianggap sebagai hasil bentukkan dari penggumpalan sebagian sol cair. Partikel-partikel sol akan bergabung untuk membentuk suatu rantai panjang pada proses penggumpalan ini. Rantai tersebut akan saling bertaut sehingga membentuk suatu struktur padatan di mana medium pendispersi cair terperangkap dalam lubang-lubang struktur tersebut. Sehingga, terbentuklah suatu massa berpori yang semi-padat dengan struktur gel.
Ada dua jenis gel, yaitu :
a. Gel elastis
Gel elastis adalah gel yang memiliki ikatan partikel dengan gaya tarik-menarik yang relatif tidak kuat, sehingga gel ini dapat berubah bentuk jika diberi gaya dan dapat kembali ke bentuk awal bila gaya tersebut ditiadakan. Gel elastis dapat dibuat dengan mendinginkan sol liofil yang cukup pekat.
Contoh :
§ Gelatin
§ Sabun
b. Gel non-elastis
Gel non-elastis adalah gel yang memiliki ikatan yang berupa ikatan kovalen yang cukup kuat, sehingga gel ini tidak memiliki sifat elastis atau tidak akan berubah jika diberi suatu gaya.
Contoh :
§ gel silikat yang dapat dibuat dengan reaksi kimia yaitu dengan menambahkan HCl pekat ke dalam larutan natrium silikat, sehingga molekul-molekul asam silikat yang terbentuk akan terpolimerisasi dan membentuk gel silikat.
Beberapa sifat gel yang penting adalah :
~ Hidrasi
Gel non-elastis yang terdehidrasi tidak dapat diubah kembali ke bentuk awalnya, tetapi sebaliknya, gel elastis yang terdehidrasi dapat diubah kembali menjadi gel elastis dengan menambahkan zat cair.
~ Menggembung (swelling)
Gel elastis yang terdehidrasi sebagian akan menyerap air apabila dicelupkan ke dalam zat cair. Sehingga volume gel akan bertambah dan menggembung.
~ Sineresis
Gel anorganik akan mengkerut bila dibiarkan dan diikuti penetesan pelarut. Proses ini disebut sineresis.
~ Tiksotropi
Beberapa gel dapat diubah kembali menjadi sol cair apabila diberi agitasi atau diaduk. Sifat ini disebut tiksotropi.
Contoh:
§ Gel besi oksida
§ Perak oksida
KOLOID BUIH
Buih adalah koloid dengan fase terdispersi gas dan medium pendispersi zat cair atau zat padat.
Berdasarkan medium pendisperasinya, buih dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
- Buih Cair
- Buih Padat
1. Buih Cair (Buih)
Buih cair adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas dan dengan medium pendispersi zat cair. Fase terdispersi gas pada umumnya berupa udara atau karbondioksida yang terbetuk dari fermentasi. Kestabilan buih dapat diperoleh dari adanya zat pembuih (surfaktan). Zat ini teradsorbsi ke daerah antar-fase dan mengikat gelembung-gelembung gas sehingga diperoleh suatu kestabilan.
Ukuran koloid buih bukanlah ukuran gelembung gas seperti pada sistem koloid umumnya, tetapi adalah ketebalan film (lapisan tipis) pada daerah antar-fase dimana zat pembuih teradsorpsi, ukuran koloid berkisar 0,0000010 cm. Buih cair memiliki struktur yang tidak beraturan. Strukturnya ditentukan oleh kandungan zat cairnya, bukan oleh komposisi kimia atau ukuran buih rata-rata. Jika fraksi zat cair lebih dari 5%, gelembung gas akan mempunyai bentuk hampir seperti bola. Jika kurang dari 5%, maka bentuk gelembung gas adalah polihedral.
Beberapa sifat buih cair yang penting:
~ Struktur buih cair dapat berubah dengan waktu
- Pemisahan medium pendispersi (zat cair) atau drainase, karena kerapatan gas dan zat cair yang jauh berbeda.
- Terjadinya difusi gelembung gas yang kecil ke gelembung gas yang besar akibat tegangan permukaan, sehingga ukuran gelembung gas menjadi lebih besar.
- Rusaknya film antara dua gelembung gas.
~ Struktur buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari luar.
- Bila gaya yang diberikan kecil, maka struktur buih akan kembali ke bentuk awal setelah gaya tersebut ditiadakan.
- Jika gaya yang diberikan cukup besar, maka akan terjadi deformasi.
Contoh :
§ Buih hasil kocokan putih telur
Udara di sekitar putih telur akan teraduk dengan menggunakan zat pembuih, yaitu protein dan glikoprotein yang berasal dari putih telur itu sendiri yang akan membentuk buih yang relatif stabil. Sehingga putih telur yang dikocok akan mengembang.
§ Buih hasil akibat pemadam kebakaran
Alat pemadam kebakaran mengandung campuran air, natrium bikarbonat, aluminium sulfat, serta suatu zat pembuih. Karbondioksida yang dilepas akan membentuk buih dengan bantuan zat pembuih tersebut.
2. Buih Padat
Buih padat adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas dan dengan medium pendispersi zat padat. Kestabilan buih ini dapat diperoleh dari zat pembuih (surfaktan).
Contoh :
§ Roti
Proses peragian yang melepas gas karbondioksida terlibat dalam proses pembuatan roti. Zat pembuih protein gluten dari tepung kemudian akan membentuk lapisan tipis mengelilingi gelembung-gelembung karbondioksida untuk membentuk buih padat.
§ Batu apung
Dari proses solidifikasi gelas vulkanik, maka terbentuklah batu apung.
§ Styrofoam
Styrofoam memiliki fase terdispersi berupa karbondioksida dan udara, serta medium pendispersi berupa polistirena.
KOLOID LIOFIL DAN KOLOID LIOFOB
Berdasarkan sifat koloid adsorpsi dari partikel koloid terhadap medium pendispersinya, terdapat 2 macam koloid yaitu :
1. Koloid Liofil
Koloid Liofil merupakan koloid yang mengadsorpsi cairan sehingga terbentuk selubung di sekeliling koloid atau disebut juga koloid yang partikel-partikel terdispersinya menarik medium pendispersinya akibat adanya gaya Van der walls atau ikatan Hidrogen. Koloid Liofil yang mediumnya air disebut dengan Koloid Hidrofil.
Contoh :
§ Kanji
§ Agar-agar
§ Protein
2. Koloid Loifob
Koloid Liofob merupakan koloid yang tidak mengadsorpsi cairan atau disebut juga koloid yang partikel-partikel terdispersinya tidak menarik medium pendispersinya. Koloid Liofob yang mediumnya air disebut dengan Koloid Hidrofob.
Contoh :
§ Sol sulfida
§ Sol logam
PERBEDAAN KOLOID LIOFIL DENGAN KOLOID LIOFOB
No.
|
Sel Hidrofil
|
Sel Hidrofob
|
1
|
Biasanya terdiri atas zat organik
|
Biasanya terdiri atas zat anorganik
|
2
|
Mempunyai muatan yang kecil atau tidak bermuatan
|
Mempunyai muatan positif atau negatif
|
3
|
Dapat bermigrasi ke anoda, katoda atau tidak bermigrasi sama sekali
|
Akan bergerak ke anoda atau katoda, tergantung jenis muatan partikelnya
|
4
|
Dapat dibuat langsung dengan mencampurkan fase terdispersi dengan medium pendispersinya
(Umumnya dibuat dengan cara dispersi)
|
Tidak dapat dibuat hanya dengan mencampur fase terdispersi dengan medium pendispersinya
(Umumnya dibuat dengan cara kondensasi)
|
5
|
Viskositas sol liofil lebih besar dari viskositas medium pendispersinya
(Kekentalan tinggi)
|
Viskositas sol liofob hampir sama dengan viskositas medium pendispersinya
(Kekentalan rendah)
|
6
|
Partikel-partikel sol liofil mengadsorpsi medium pendispersinya.
|
Partikel-partikel sol liofob tidak mengadsorpsi medium pendispersinya
|
7
|
Tidak mudah digumpalkan dengan penambahan elektrolit (lebih stabil)
|
Mudah digumpalkan dengan penambahan elektrolit (kurang stabil)
|
8
|
Bersifat reversible yaitu sol liofil yang telah menggumpal dapat diubah kembali menjadi sol dengan penambahan medium pendispersinya
|
Bersifat irreversible yaitu sol liofob yang telah menggumpal tidak dapat diubah menjadi sol
|
9
|
Gerak Brown tidak jelas
|
Gerak Brown terlihat jelas
|
10
|
Efek Tyndall kurang jelas
|
Efek Tyndall jelas
|
SIFAT-SIFAT KOLOID
1. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah penghamburan cahaya oleh larutan koloid, peristiwa dimana jalannya sinar dalam koloid dapat terlihat karena partikel koloid dapat menghamburkan sinar ke segala jurusan.
Contoh :
§ Sinar matahari yang dihamburkan partikel koloid di angkasa menyebabkan langit berwarna biru pada siang hari dan jingga pada sore hari.
§ Debu dalam ruangan akan terlihat jika ada sinar yang masuk melalui celah kecil di dalam rumah.
2. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak partikel koloid dalam medium pendispersi secara terus menerus karena adanya tumbukan antara partikel zat terdispersi dan zat pendispersi. Gerak aktif yang terus menerus ini menyebabkan partikel koloid tidak memisah jika didiamkan.
Contoh :
§ Bila seberkas sinar dipusatkan pada suatu dispersi koloid yang diamati dengan alat ultra mikroskop maka akan tampak partikel koloid sebagai partikel-partikel yang kecil yang memantulkan sinar dan bergerak acak.
3. Dialisis
Pemurnian sistem koloid dari ion-ion pengganggu dengan mempergunakan selaput semi permiabel. Dengan menempatkan koloid dalam selaput semi permeabel yang dapat ditembus oleh ion-ion, tetapi tidak oleh partikel-partikel koloid. Selaput semi permeabel yang telah diisi sistem koloid dimasukkan ke dalam aliran air, sehingga ion-ion dalam sistem koloid akan menembus selaput semi permeabel dan terbawa air, sedangkan pertikel koloid tertinggal dalam selaput semi permeabel. Salah satu penerapan dialisis ditemukan dalam proses pencucian darah yang disebut hemodialisis.
4. Elektroforesis
Bila arus listrik dengan tegangan rendah dialirkan ke dalam disperse koloid, maka partikel-partikel koloid bergerak menuju elektroda positif atau elektroda negatifnya. Ini membuktikan bahwa partikel-partikel koloid dalam medium pendispersinya bermuatan listrik.
5. Adsorpsi
Adsorbsi Koloid adalah penyerapan zat atau ion pada permukaan koloid. Setiap endapan yang terbentuk berkecenderungan untuk menarik ionnya sendiri pada permukaan endapan.
Sifat Adsorpsi digunakan dalam proses :
~ Pemutihan gula tebu
~ Norit
~ Penjernihan air
Contoh :
§ Koloid antara obat diare dan cairan dalam usus yang akan menyerap kuman penyebab diare.
§ Koloid Fe(OH)3 akan mengadsorbsi ion H+ sehingga menjadi bermuatan +. Adanya muatan sesama maka koloid Fe(OH), akan tolak-menolak sesamanya sehingga partikel-partikel koloid tidak akan saling menggerombol.
§ Koloid As2S3 akan mengadsorbsi ion OH- dalam larutan sehingga akan bermuatan - dan tolak-menolak dengan sesamanya, maka koloid As2S3 tidak akan menggerombol.
6. Koagulasi (Penggumpalan)
Koagulasi Koloid adalah penggumpalan koloid karena elektrolit yang muatannya berlawanan.
Koloid akan mengalami koagulasi dengan cara :
a. Cara Mekanik (Fisis)
Dilakukan dengan pemanasan, pendinginan atau pengadukan cepat.
Contoh :
§ Darah akan menggumpal jika dipanaskan
§ Agar-agar akan menggumpal jika didinginkan
b. Cara Kimia
Dilakukan dengan penambahan elektrolit (asam, basa atau garam).
Contoh :
§ Susu akan menggumpal jika ditambahkan dengan sirup masam.
§ Lumpur akan menggumpal jika ditambahkan tawas.
c. Cara pencampuran 2 macam koloid dengan muatan yang berlawanan
Contoh:
§ Fe(OH)3 yang bermuatan positif akan menggumpal jika dicampur As2S3 yang bermuatan negatif.
Sifat koagulasi partikel koloid antara lain dapat kita amati pada proses berikut ini :
~ Pada pengolahan karet dari bahan mentahnya (lateks), partikel karet dalam lateks digumpalkan dengan menambah asam asetat, sehingga karet dapat dipisahkan dari lateksnya.
~ Partikel lumpur dan tanah liat yang terkandung dalam ais sungai akan mengendap bila berjumpa dengan air laut yang mengandung banyak elektrolit sehingga terbentuklah delta di muara sungai.
~ Jika bagian tubuh kita mengalami luka, maka ion Al3+, atau Fe3+ segera menetralkan partikel albuminoid yang dikandung darah, sehingga terjadi penggumpalan yang menutupi luka.
~ Pada proses penjernihan air ditambahkan tawas, Al2(SO4)3, yang menyediakan ion Al3+ untuk mengendapkan partikel lumpur, sehingga air menjadi jernih.
PEMBUATAN SISTEM KOLOID
1. Cara Kondensasi
Pembuatan sistem koloid dengan cara kondensasi dilakukan dengan cara penggumpalan partikel yang sangat kecil.
Penggumpalan partikel ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Reaksi Pengendapan
Pembuatan sistem koloid dengan reaksi pengendapan dilakukan dengan mencampurkan larutan elektrolit sehingga menghasilkan endapan.
Contoh :
AgNO3 + NaCl ―> AgCl(s) + NaNO3
b. Reaksi Hidrolisis
Pembuatan sistem koloid dengan reaksi hidrolisis dilakukan dengan mereaksikan suatu zat dengan air
Contoh :
AlCl3 + H2O ―> Al(OH)3(s) + HCl
c. Reaksi Redoks
Pembuatan sistem koloid dapat terbentuk dari hasil redoks.
Contoh :
pada larutan emas (Emas formaldehid)
AuCL3 + HCOH ―> Au + HCl + HCOOH
d. Reaksi Penggeseran
Contoh :
pembuatan sol As2S3 dengan cara mengalirkan gas H2S ke dalam larutan H3AsO3 encer pada suhu tertentu.
2H3AsO3 + 3H2S ―> 6H2O + As2S3
e. Reaksi Pergantian Pelarut
Contoh :
pembuatan gel kalsium asetat dengan cara menambahkan alkohol 96% ke dalam larutan kalsium asetat jenuh.
2. Cara Dispersi
Pembuatan sistem koloid dengan cara dispersi dilakukan dengan memperkecil partikel suspensi yang terlalu besar menjadi partikel koloid atau disebut juga pemecahan partikel-partikel kasar menjadi koloid.
Memperkecil partikel ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Cara Mekanik
Pembuatan koloid dengan cara mekanik dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel suspensi dengan cara penggilingan zat padat, dengan menghaluskan butiran besar kemudian diaduk dalam medium pendispersi.
Contoh :
§ Gumpalan tawas digiling, dicampurkan ke dalam air akan membentuk koloid dengan kotoran air.
§ Membuat tinta dengan menghaluskan karbon pada penggiling koloid kemudian didispersikan dalam air.
§ Membuat sol belerang dengan menghaluskan belerang bersama gula (1:1) pada penggiling koloid, kemudian dilarutkan dalam air, gula akan larut dan belerang menjadi sol.
§ Belerang dan urea digerus, ditambahkan air, lalu diaduk membentuk hidrosol belerang.
§ Pati (amilum) digerus sampai halus, ditambah air, lalu diaduk membentuk hidrofil pati.
b. Cara Peptisasi
Pembuatan koloid dengan cara peptisasi dilakukan dengan menambahkan ion sejenis atau dengan pemecah (pemeptisasi), sehingga partikel endapan akan dipecah.
Contoh :
§ Sol Fe(OH)3 dengan menambahkan FeCL3
§ Sol NiS dengan menambahkan H2S
§ Karet dipeptisasi oleh bensin
§ Agar-agar dipeptisasi oleh air
§ Endapan Al(OH)3 dipeptisasi oleh AlCl3
c. Cara Busur Bredia/Bredig
Pembuatan koloid dengan cara busur Bredia/Bredig dilakukan dengan mencelupkan 2 kawat logam (elektroda) yang dialiri listrik ke dalam air, sehingga kawat logam akan membentuk partikel koloid berupa debu di dalam air.
Contoh :
§ Sol platina, emas atau perak dibuat dengan cara mencelupkan elektrode logam ke dalam medium pendispersi, misalnya air dengan potensial listrik tinggi.
d. Cara Ultrasonik
Pembuatan koloid dengan cara ultrasonik dilakukan dengan menghancurkan butiran besar dengan ultrasonik (frekuensi > 20.000 Hz)
CONTOH KOLOID DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
1. Industri Makanan
Contoh :
§ Keju
§ Mentega
§ Susu
§ Saus salad
§ Jelly
§ Pudding
§ Mayonnaise
2. Industri Kosmetika dan Perawatan Tubuh
Contoh :
§ Krim
§ Pasta gigi
§ Sabun
§ Parfum semprot
§ Lotion wajah
3. Industri Cat
Contoh :
§ Cat
4. Industri Kebutuhan Rumah Tangga
Contoh :
§ Sabun
§ Deterjen
5. Industri Pertanian
Contoh :
§ Peptisida
§ Insektisida
6. Industri Farmasi
Contoh :
§ Minyak ikan
§ Pensilin untuk suntikan
PERANAN KOLOID
Beberapa kegunaan koloid adalah sebagai berikut :
- Industri Kosmetika
a. Bahan kosmetika seperti foundation, finishing cream dan deodorant berbentuk koloid dan umumnya sebagai emulsi yang berperan sebagai sarana kecantikan.
2. Industri Makanan
a. Susu merupakan koloid yang tergolong emulsi dan berperan untuk kesehatan tubuh manusia.
b. Mentega merupakan koloid yang tergolong emulsi padat dan berperan sebagai pengganti minyak dalam memasak.
- Industri Tekstil
a. Pada proses pencelupan bahan (untuk pewarnaan) yang kurang baik daya serapnya terhadap zat warna dapat menggunakan zat warna koloid karena memiliki daya serap yang tinggi sehingga melekat pada tekstil.
- Industri Kebutuhan Rumah Tangga
a. Detergen merupakan emulgator untuk membentuk emulsi antara kotoran (minyak) dengan air sehingga dapat membersihkan kotoran pada tubuh dan pakaian.
b. Sabut sebagai zat pengemulsi untuk menghilangkan zat pengotor yang tidak bercampur dengan air.
- Kelestarian Lingkungan
a. Untuk mengurangi polusi udara yang disebabkan oleh pabrik-pabrik, digunakan suatu alat yang disebut cotrell. Alat ini berfungsi untuk menyerap partikel-partikel koloid yang terdapat dalam gas buangan yang keluar dari cerobong asap pabrik.
b. Pada penjernihan air digunakan aluminium sulfat untuk mengkoagulasi zat pengotor dalam air.
6. Bidang Kesehatan
a. Prinsip dialisis (salah satu sifat koloid) digunakan untuk membantu pasien gagal ginjal.
APLIKASI KOLOID
1. Industri Makanan
a. Pemutihan Gula
Pemutihan gula merupakan aplikasi dari sistem koloid yaitu penggunaan sifat adsorpsi. Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan dengan melarutkan gula ke dalam air. Larutan ini kemudian dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel koloid akan mengadsorpsi zat warna zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih.
2. Industri Kosmetika
a. Deodorant
Deodorant mengandung aluminium klorida untuk mengkoagulasikan (mengendapkan) protein dalam keringat. Endapan protein ini dapat menghalangi kerja kelenjar keringat sehingga keringat dan protein yang dihasilkan berkurang.
3. Industri Rumah Tangga
a. Bahan Pencuci
Sabun sebagai pembersih karena dapat mengemulsi minyak dalam air. Sabun dalam air tenon menjadi Na dan ion asam lemak. Kepala asam lemak yang bermuatan negatif larut dalam air, sedangkan ekornya larut dalam minyak. Hal ini menyebabkan tetesan minyak larut dalam air.
4. Industri
a. Kromatografi
Kromatografi adalah metode pemisahan campuran dengan menggunakan bahan pengadsorpsi, misalnya kertas kromatografi, pati dan aluminium oksida untuk kromatografi kolom. Zat-zat organik yang dapat dipisahkan dengan menggunakan metode kromatografi di antaranya adalah asam amino, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan hormon.
b. Lateks
Lateks adalah koloid karet dalam air, berupa sol bermuatan negatif. Bila ditambah ion positif, lateks menggumpal dan dapat dibentuk sesuai cetakan.
5. Bidang Kesehatan
a. Penggumpalan Darah
Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid di protein bersifat netral sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan.
b. Karbon Aktif
Karbon aktif merupakan aplikasi koloid yaitu penggunaan sifat adsorpsi. Karbon aktif digunakan untuk menyerap zat warna, bau, gas karbon dioksida (CO2), gas karbon monoksida (CO), H2O dan racun. Karbon aktif ini dibuat dengan memanaskan arang sehingga terbentuk arang yang sangat berpori. Karbon aktif digunakan misalnya untuk masker gas, proses penjernihan air, filter rokok dan norit sebagai obat penetral racun.
c. Cuci Darah dengan Dialisis
Darah merupakan suatu sistem koloid. Darah yang mengandung sisa metabolisme seperti kreatinin, asam ureat, vitamin berlebih, obat-obatan dan hormon kemudian disaring oleh ginjal. Pada orang yang menderita kerusakan ginjal atau gagal ginjal, sisa-sisa metabolisme ini tidak dapat disaring oleh ginjal sehingga dapat meracuni tubuh. Oleh karena itu, pasien gagal ginjal dicuci darahnya dengan menggunakan alat dialisis yang memiliki membran semipermeabel. Membran semipermeabel ini memisahkan darah kotor dengan larutan dialisat yang konsentrasinya lebih rendah dibandingkan dengan darah. Sehingga sisa-sisa metabolisme dapat melewati pori-pori membran, sedangkan sel-sel darah dan zat yang masih berguna dan elektrolit yang partikelnya lebih besar tidak dapat melewati membran dan dimasukkan kembali ke dalam tubuh pasien.
6. Industri Tekstil
a. Pencelupan Tekstil
Pencelupan tekstil merupakan aplikasi sistem koloid yaitu penggunaan sifat adsorpsi. Pada pencelupan tekstil ini digunakan koloid yang dapat mempercepat pemberian warna. Koloid yang digunakan adalah dengan mencampurkan Al2(SO4) dengan Na2CO3 sehingga membentuk koloid Al(OH)3. Gas CO2 yang berasal dari Na2CO3 membentuk gelembung yang mengelilingi Al(OH)3 sehingga permukaannya menjadi berpori, akibatnya dapat menyerap zat warna.
7. Bidang Lingkungan
a. Penjernihan Air
Penjernihan air merupakan aplikasi koloid yaitu penggunaan sifat adsorpsi. Pada penjernihan air, digunakan tawas yang memiliki rumus kimia KAl(SO4)2 yang dalam air terhidrasi menjadi koloid Al(OH)3. Koloid Al(OH)3 ini mampu menyerap zat warna dan pestisida.
b. Pemurnian Air Laut
Pemurnian air laut merupakan aplikasi sistem koloid yaitu penggunaan sifat dialisis. Pemurnian air laut dengan menggunakan membran semipermeabel ini menggunakan metode osmosis terbalik. (reserve osmosis). Osmosis adalah pergerakan molekul air dari larutan dengan konsentrasi rendah ke larutan yang konsentrasinya lebih tinggi. Dengan memberikan tekanan yang lebih tinggi pada larutan yang lebih pekat dibandingkan tekanan osmosisnya, maka gerakan molekul air akan terbalik.
c. Pengelolaan Lumpur Aktif
Pengelolaan lumpur aktif merupakan aplikasi sistem koloid yaitu penggunaan sifat koagulasi. Pengelolaan air limbah dengan metode lumpur aktif ini menggunakan koagulan PAX (polialuminium klorida) Al13O4(OH)24(H2O)12 yang menghasilkan Al(OH)3.
d. Pembentukan Delta di Muara Sungai
Pembentukan delta di muara sungai merupakan aplikasi sistem koloid yaitu penggunaan sifat koagulasi. Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang bermuatan negatif. Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan Ca+2 yang bermuatan positif. Ketika air sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif dari air laut akan menetralkan muatan pasir dan tanah liat. Sehingga, terjadi koagulasi yang akan membentuk suatu delta.
e. Pengambilan Endapan Pengotor
Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industri seringkali mengandung zat-zat pengotor berupa partikel-partikel koloid. Untuk memisahkan pengotor ini, digunakan alat pengendap elektrostatik yang pelat logamnya yang bermuatan akan digunakan untuk menarik partikel-partikel koloid.
12 komentar:
Wow,,, saya sangat senang karena yang mengunjungi Makalah Kimia buatan saya ini lumayan banyak dan mencapai 945 jumlah tampilan,,,
tapi saya juga sedih karena mungkin saja ada yang meng-copy-paste-nya dan tidak meninggalkan komentar disini,,, huft...
makasih kk.. :)
ini akan sangat membantu sy.. :)
Sama - sama Zacky Samawi Pratama :)
Thanks for your comment ;)
thx y k'k...
semoga ini bermanfaat nantinya... ;)
amin,,
terima kasih irma, telah bersedia berkunjung :)
thankyou kakak buat makalahnya :)
saya sangat tertolong. anyway, kakak suka korea yaa ?? k-pop banget soalnya dari mulai desain blognya, trus lagunya juga
Sama-sama Eliani ^^
Iyaa, lumayan suka, hehehe :D
Sama-sama Eliani ^^
Iyaa, lumayan suka, hehehe :D
ka MiiSsu di makalah tersebut kok tidak ada bahasan mengenai pemisahan selektif koloid ya...
kalo ada mohon untuk di post kan...
terimakasih...makalahnya sangat membantu saya...
kak, maaf ngekritik sikit, itu tabel pengelompokan sistem koloid nya salah atau kebalik kebalik gitu :) saya juga baru tahu setelah di pelajari di sekolah. mohon di perbaiki kak :) biar yang lain gak slah juga.
Makasi kritik nya adik :)
Itu tabelnya sudah bener kok, cuma kakak meletakkan fase yang pendispersi di depan, fase terdispersinya di belakang
jadi mungkin agak sedikit bingung membaca kolomnya
tapi itu sudah benar kok
Nanti akan kakak tukar posisi kolomnya
Izin mencopy artikelnya sangat membantu, terimakasih ;)
Posting Komentar