Kamis, 19 Januari 2012

Super Junior - Andante Lyrics

[Korean Translation]

jami wa, jami wa, i jiteun nunmul kkeute kkeuti wa
nae bang, changmun bakk, gwanshim bakk
deung dollin chaero myeochil bami ga, ni gieoki

cheoeum biga naerin nal buteo, jeojeun majimak kkaji
ginagin teoneol sok, eodum do
kkum sogeseon jogeum cheoncheonhi seumi neunde

geudae ye gieok dolgo dora bwado, pihae galsu eobtneun geumal
he eojim ye kkeute dara, dashi dora, dashi dora
neurit neurit ssaha onsu manheun gamjeong do
neurit neurit dama on sumanheun chueok do
jogeum mandeo (neurit neurit) ijeul ge andante

Cerpen - Sepenggal Cerita Sang Wanita Jalanan


Karya : Ni Luh Putu Mira Suantari
Deru sang penghuni jalanan tiada henti menambah hiruk pikuk yang kian membisingkan telinga pendengarnya. Bunyi klakson yang saling bersahutan berkumandang tanpa kenal lelah, menampakkan emosi dan keegoisan sang penghuninya. Mentari yang sedari tadi tersenyum menikmati segala aktivitas makhluk di bawahnya, semakin menampakkan keagungannya dengan teriknya yang kian membara. Semilir angin kemarau pun tak ingin kalah pada sang surya, beradu dalam alunannya bersama debu-debu jalanan kota.

Di sudut kota itu, terdampar seorang wanita yang tengah menjauh dari kebisingan kota, menjauh dari segala caci maki yang mungkin menghampiri hidupnya. Pakaian lusuh yang tersapu abu jalanan, menutupi lekuk tubuhnya yang semampai. Rambut yang panjang dan terurai itu, dibiarkannya terbuai dalam belaian lembut sang bayu. Raut-raut kecantikan yang masih terpancar di wajahnya yang sendu, kini tertutup oleh debu jalanan yang menodai kedua pipinya.
Wanita paruh baya yang kesepian itu mulai bermain dalam dunianya sendiri, tiada peduli dengan alam sekitarnya yang penuh dengan rutinitas sang pencari nafkah. Dengan telaten ia menggendong anaknya, memangkunya dalam dekapan penuh cinta seorang bunda. Dielusnya perlahan wajah anaknya yang tertidur dalam buaiannya, tak hentinya tangan-tangan kotor itu mengusap-usap rambut buah hatinya. Dengan hati yang diliputi suka, ditimang-timangnya gadis kecil dalam buaiannya itu, dinyanyikannya lagu sayang dari lubuk hatinya yang terdalam.
Wanita itu kini mulai memalingkan wajahnya, memandangi jalan di hadapannya dengan seksama. Di sudut jalan itu terlihat jelas hamparan anak-anak jalanan yang saling beradu pandang, menanti dan mengharapkan kebaikan hati sang pengguna jalan. Tubuh mereka kurus tak terurus, berbaju kumuh yang tak sedap dipandang mata. Aroma jalanan yang menusuk indra penciuman seakan melekat di tubuh mereka, menjadi kawan yang setia, kawan yang selalu temani hari-harinya. 

Cerpen - Ketulusan Penghapus Duka

Karya : Ni Luh Putu Mira Suantari  

Duka sang pertiwi seakan tak pernah habis menanggung murka sang pencipta. Satu persatu nestapa itu kian menghampiri keangkuhan sang makhluk yang segan menoleh ke sesamanya. Rintih demi rintih duka itu kian mereka terima. Sebagai pahala atas keegoisannya selama ini.

Linangan air mata itu tak jua terhapus dari kedua bola matanya, menyiratkan luka yang teramat di hatinya. Bathinnya kian memekik, melantunkan amarah yang tak mampu diucapkannya hingga kini. Matanya yang dulu bercahaya suka kini kian sembab, terbuai oleh rasa penyesalan dan kekeliruan yang ia lakukan selama ini.

Gadis itu masih tak beranjak dari tempat duduknya, hanya terpaku meratapi karma yang tengah dilakoninya. Satu persatu kenangan terpahit itu merasuk dalam ingatannya, menjamahi benaknya yang telah jenuh akan semua duka yang diembannya. Kenangan itu kian jelas terbayang, terukir perih dalam ingatannya, menambah luka yang selalu ingin ia sembuhkan.