Jumat, 25 Februari 2011

Cerpen - Penyesalanku Takkan Mengembalikanmu

Karya : Ni Luh Putu Mira Suantari 

Terpaku aku tatkala menatap kepergian sang surya menuju ufuk barat. Dibalik kemegahan cahayanya yang indah, tersimpan banyak makna yang tak mampu kujawab sendiri. Kupandangi seksama sang surya yang kembali keperaduannya, kepergiannya bersama kepergian kekasihku untuk selamanya.


Tetes air mata tak dapat kubendung lagi tatkala kusadar semua ini telah terjadi. Semuanya tak dapat kucegah karena semua ini adalah kehendakNya.

Belakangan ini kulalui hari-hari hampaku tanpa sebutir semangat. Tak ada senyum yang dapat mengisi hari-hariku. Bayangkan saja, orang yang selalu kunantikankan kehadirannya bagaikan hilang ditelan bumi. Tak ada kabar tentangnya, padahal kami bersekolah di tempat yang sama.  Entah kemana perginya, aku tak tahu.

Sore itu aku pergi ke taman tempat kami biasa bertemu. Aku berharap hari itu dia akan datang dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Lama kumenunggu, namun ia tak kunjung datang. Perasaan kesal bercampur amarah merasuki pikiranku. “Apa Reno sudah tak menganggapku sebagai pacarnya lagi?” gerutuku dalam hati. Malam beranjak mengganti penatnya sore hari. Aku pun pulang karena orang yang kunanti tak menepati janjinya.

Seminggu setelah kejadian itu, sikapnya masih sama terhadapku. Tak ada kabar tentangnya. Kuhubungi ponselnya namun tak pernah diangkat. Entah apa yang ia lakukan, aku tak mengerti. Akhirnya kesabaranku pun telah habis. Tanpa pikir panjang, aku memutuskan untuk mengakhiri semua cerita cinta antara aku dan Reno.
Hari itu ketika Reno datang ke rumahku, tanpa basa basi aku pun langsung menyambutnya dengan ribuan pertanyaan yang tak henti-hentinya. “Reno, kamu kemana aja sich? Dah ga sayang lagi ya ma aku? Dah ga cinta lagi ya? Kamu kemana sich dah seminggu ini ga ada kabar? Pokoknya mulai hari ini kita PUTUS!”, kataku. Kata-kata itu terucap begitu saja dari mulutku. Reno terpaku menatapku. Sebuah bingkisan kecil yang terbungkus rapi itu pun tejatuh dari genggamannya. Dari matanya mengalir tetesan bening yang tak kumengerti maknanya. Dalam bisu ia pun pergi meninggalkanku tanpa menjawab semua pertanyaanku.

“Tunggu…!” seruku berusaha menghentikan langkahnya. Reno menoleh padaku dengan tatapannya yang hampa, tatapan yang tak pernah ku tahu bahwa itu adalah tatapan terakhirnya padaku. Ia masih membisu. Kudekati dirinya yang masih terpaku. Ia pun memelukku dan berkata, “Terima kasih Rin, atas semua perhatian yang selama ini kau berikan untukku, terima kasih karena kamu telah menjadi ratu dalam istana hatiku ini. Kini semua itu berakhir sudah sampai disini.” Aku terhanyut dalam dekapannya, sekujur tubuhnya terasa dingin. Entah apa arti semua ini, tak pernah kutahu. Air mataku mengalir mendengar kata-katanya. “Maafkan aku Ren, aku…aku tak bermaksud mengatakan semua itu. Jangan pergi Ren, jangan tinggalin aku!” “Maafkan aku Rin,!” Reno mencium keningku dan pergi meninggalkanku. “Tunggu Ren…! Reno…!” teriakku mencoba menghentikannya, namun ia tetap pergi dan menaiki motor kesayangannya yang biasa ia gunakan untuk menjemputku.

Aku tak percaya ia pergi begitu saja meninggalkanku. Kuraih bingkisan yang terjatuh tadi. Perlahan kubuka bingkisan mungil itu, di dalamnya berisi kalung cantik berinisial R&K dan sebuah pesan kecil bertulis “I Love You Karin.” Aku tertegun memandangi kalung itu, tiba-tiba saja percikan air langit turun dengan derasnya. Kubergegas masuk ke rumah seraya duduk di samping jendela. Kupandangi hujan dangan perasaan gelisah. Ada rasa khawatir yang mengganjal di hatiku. Lama kumerenung mencoba mengingat sesuatu yang mungkin telah kulupakan. Aku pun teringat bahwa hari ini adalah hari jadianku bersama Reno. Serentak aku tebangun. Entah apa yang merasuki jiwaku, aku bergegas menuju taman tempat pertama kali aku bertemu dengan Reno sambil menerobos hujan yang begitu derasnya.

Kuberlari dan terus berlari. Samar-samar kulihat kerumunan orang di dekat taman. Kupercepat langkahku dan mencoba mencari tahu apa gerangan yang terjadi di sana.

Aku tertegun ketika kusampai. “Reno…..!!!!” teriakku. Kutemukan Reno terbaring lemas dengan tubuh yang berlumuran darah. “Bangun Reno, bangun… Jangan tinggalin aku… Jangan pergi”, jeritku sambil menangis. Reno membuka matanya perlahan, “Jangan menangis Karin… Semuanya telah berakhir… Cinta kita memang harus sampai disini.”, sahut Reno pelan. “Tapi bukan berarti hidupmu juga sampai disini kan?” kataku. “Bangun Reno… Aku masih sayang kamu.. Kenapa kamu lakukan ini padaku Reno… Reno……..” Reno menghembuskan nafas terakhirnya. Kupeluk tubuhnya yang dingin dan kaku untuk terakhir kalinya. Air mataku menetes tak mampu kuhentikan. Semuanya tak akan terjadi bila aku tak memutuskan hubunganku dengannya. Kini ku hanya mampu menyesali semua yang telah terjadi. Kuiringi kepergiannya dengan tangis dan penyesalanku. Penyesalan yang tida guna lagi, karena penyesalanku tak akan mengembalikan dirimu Reno. 


Written by : MiiSsu ~ MiiSsu says :

Artikel Cerpen - Penyesalanku Takkan Mengembalikanmu ini diposting oleh MiiSsu pada hari Jumat, 25 Februari 2011. Terima kasih atas kunjungan Anda :) Hope you enjoy my blog :) Please write your suggestions :D

:: Get this widget ! ::

Tidak ada komentar: