Selasa, 06 Maret 2012

Cerita Sang Jaratkaru



Tersebutlah seorang pertapa sakti yang baik budinya bernama Sang Jaratkaru. Setiap hari pekerjaannya mengambil biji butir-butir padi yang tersebar dijalan. Biji butir-butir padi itu dikumpulkannya dan dicucinya, kemudian ditanaknya dan dipergunakan untuk korban kepada para Dewa. Demikianlah hal yang ia kerjakan tiap hari. Ia tak memikirkan istri, malahan hanya bertapa dan memuja para Dewa yang ia lakukan.

            Karena rajin bertapa, ia pun menguasai berbagai macam mantra. Ia diperbolehkan masuk ke segala tempat yang ia kehendaki.

            Suatu hari, ia beerziarah ke Ayatanasthana, tempat di antara surge dan neraka, dimana leluhurnya menunggu apakah ia akan naik ke surge atau masuk neraka.

            Ketika berziarah ke Ayatanasthana, Ia melihat leluhurnya tergantung pada sebuah buluh petung, mukanya tertelungkup , kakinya diikat, dibawahnya terdapat sebuah jurang dalam jalan ke neraka. Orang akan tepat masuk kedalamnya, kalau buluh tempat bergantung itu putus. Seekor tikus tinggal di dalam buluh ditepi jurang itu, setiap hari mengerat buku batang.

Sang Jaratkaru, berlinang-linang air matanya melihat hal itu. Maka timbulah belas kasihannya. Sang Jaratkaru pun mendekati leluhurnya yang berpakaian sebagai seorang petapa, berambut tebal, berpakaian kulit kayu dan tiada makan selamanya.

Sang Jaratkaru bertanya kepada leluhur itu, “Apakah sebabnya tuanku sekalian bergantung pada buluh yang hampir putus oleh gigitan tikus, sedang dibawahnya jurang yang tiada terduga dalamnya?” seru Sang Jaratkaru.

Leluhur itu pun menjawab, “Keadaan saya seperti ini adalah karena keturunan kami ini putus. Itulah sebabnya saya pisah dengan dunia leluhur dan bergantung dibuluh petung ini, seakan-akan sudah masuk neraka.” “Ada seorang keturunanku bernama Jaratkaru, ia pergi berkeinginan melepaskan ikatan kesengsaraan orang, ia tidak beristri, karena menjadi seorang brahmacari dari kecil. Itulah yang menyebabkan saya berada dibuluh ini, karena brata semadhinya kepada asrama sang pertapa” kata sang leluhur itu. “Kalau engkau belas kasihan kepada saya, pintalah kepada Sang Jaratkaru supaya memiliki keturunan, supaya saya dapat pulang ke tempat para leluhur.”

Sang Jaratkaru tersayat hatinya melihat leluhurnya menderita susah. “Saya inilah yang bernama Jaratkaru, seorang keturunanmu yang gemar bertapa dan bertekad menjadi brahmacari. Apapun kalau itu menjadi jalanmu untuk kembali ke sorga, janganlah khawatir, saya akan menghentikan kebrahmacarian saya dan mencari anak istri. Yang saya kehendaki istri yang namanya sama dengan nama saya supaya tiada bertentangan dalam perkawinan. Bila sudah mempunyai anak, akan menjadi brahmacari lagi, senanglah hatimu.”

Demikianlah kata Sang Jaratkaru, pergilah ia mencari istri yang senama dengannya. Ia pergi ke semua penjuru, tetapi tidak menemukan istri yang senama dengannya.Karena tidak tahu harus berbuat apa lagi, ia pun mencari pertolongan kepada bapaknya supaya dapat menghindarkan dirinya dari sengsara. Masuklah ke hutan sunyi, menangislah ia sambil mengeluh kepada semua Dewata.

Berkatalah ia pada semua makhluk, “Hai segala makhluk termasuk makhluk yang tidak bergerak, saya ini Jaratkaru seorang brahmana yang ingin beristri. Berilah saya istri yang senama dengan saya, biar saya  mempunyai anak, supaya leluhur saya bisa pulang ke sorga.”

 Tangis Sang Jaratkaru itu terdengar oleh para naga. Sang Naga Basuki pun mencari Sang Jaratkaru dan memberikannya adiknya Sang Naga Ngini yang diberi nama Jaratkaru supaya berputra seorang brahmana yang akan menghindarkan dirinya dari korban ular (yadnya sarpa).
Akhirnya Sang Jaratkaru pun beristri Jaratkaru yang akan memberikannya putra dan membebaskan roh leluhurnya dari kesengsaraan.

Written by : MiiSsu ~ MiiSsu says :

Artikel Cerita Sang Jaratkaru ini diposting oleh MiiSsu pada hari Selasa, 06 Maret 2012. Terima kasih atas kunjungan Anda :) Hope you enjoy my blog :) Please write your suggestions :D

:: Get this widget ! ::

Tidak ada komentar: